Cari Blog Ini

clock

Minggu, 06 Juni 2010





kata siapa anak kimia itu pada botak???
salah besar pernyataan itu...
lihatlah kita di atas,, tidak sedikitpun terlihat bahwa anak-anak kimia itu orang-orang yang serius...
tetapi tetap,, anak-anak kimia itu harus :
1. Keterampilan dalam mensintesis dan mengkomunikasikan informasi secara tertulis maupun lisan
2. Ketrampilan problem solving: pengumpulan informasi, menganalisis, menafsirkan, mengorganisasikanya secara logis, hasilnya dapat diterima untuk pengembangan lebih lanjut.
3. Kemampuan bekerja dalam lingkungan multidisiplin, multiras, dan segala multi lainnya: consensus building, listening, teamwork skill, role setting.
4. Kemampuan sebagai pembelajar aktif yang independen: Goal setting dan kemauan untuk terus belajar, memiliki rasa ingin tahu yang besar, berani bertanya merupakan nilai positif,
5. Ketrampilan berbahasa Inggris, mendengar, berbicara dan menulis merupakan kebutuhan dasar. Semua pekerjaan harus dilakukan dengan prinsip kehati-hatian memiliki safety awareness: selalu penuh perhatian, tidak pernah memandang remeh.

tapi kalo anak-anak kimia sudah mendapat tugas yang ekstra memusingkan,,
kita akan menjadi anak-anak yang gila,,
lebih gila daripada orang gila,,
ha,,ha..ha..

Daftar Pustaka

• http//www.teoripencelupantekstil.com
• http//www.pencelupanseratpolyester.com
• http//www.pencapanserattekstil.com
• http//www.serat-serattekstil.com
• Gunadi,Yudi.SOP Laboratorium

Penutup

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
Berdasarkn hasil pengamatan selama praktik Kerja Industri (Prakerin) yang dilaksanakan di PT. Panasia Filament Inti 1 khususnya pada bagian Printing dan processing, kami mengambil kesimpulan sebagai berikut :

5.1.1 Proses persiapan penyempurnaan meliputi :
 Pemartaian Kain
 Penghilangan kanji (Desizing)
 Pemasakan Kain (Scouring)
 Pengelantangan (Bleaching)
 Relaksasi (Relaxing)
 Pengurangan Berat (Weight Reduce)
 Pembakaran Bulu (Singeni)
5.1.2 Proses Pencelupan Dengan Menggunakan Zat warna Dispersi.
5.1.3 Proses Pencapan Pada Kain Menggunakan zat warna Pigment dan Reaktif.
5.1.4 Proses Fixasi
5.1.5 Proses Reduces Cleaning
5.1.3 Proses Penyempurnaan

5.2 SARAN

5.2.1 Saran Untuk Pihak Sekolah
• Pihak sekolah sebaiknya menyedikan sarana dan prasarana yang memadai untuk proses pembelajaran yang efektif.
• Pihak sekolah sebaiknya memperhatikan kinerja para pelajar saat proses pembelajaran.
• Pihak sekolah sebaiknya memberikan pemantapan yang lebih baik kepada siswa-siswinya sejak kelas satu.
• Pihak sekolah sebaiknya lebih memperhatikan kemampuan siswa-siswi dalam bidangnya daripada pembinaan kedisiplinan untuk seluruh program keahlian.
• Pihak sekolah sebaiknya meminimalisasi biaya praktek kerja industri.
• Pihak sekolah sebaiknya memperhatikan kinerja para pembimbing saat praktek kerja industri.
• Pihak sekolah sebaiknya menyesuaikan biaya praktek kerja industri sesuai dengan kenyataan.
• Pihak sekolah sebaiknya lebih memperhatikan siswa-siswinya saat praktek di sekolah, alangkah kurang baiknya jika jadwalnya praktek tetapi kenyataannya tidak.
• Pihak sekolah sebaiknya lebih memperhatikan kepuasan siswa-siswinya selama proses pembelajaran di sekolah.


5.2.2 Saran Untuk Pihak Industri

• Pihak industri sebaiknya lebih memperhatikan siswa –siswi yang prakerin.
• Pihak industri sebaiknya menyiapkan seorang pembimbing untuk siswa-siswi yang sedang prakerin.
• Pihak industri sebaiknya menyediakan fasilitas untuk siswa-siswi yang sedang prakerin
• Pihak industri sebaiknya lebih terbuka kepada siswa-siswi agar ilmu yang kami dapatkan selama prakerin memuaskan kami.

Pembahasan

Teknologi printing (pencapan), dyeing (pencelupan) dan finishing (penyempurnaan) yang terdapat pada proses pengolahan serat kain ataupun sebelum pengolahan serat kain diantaranya adalah:
1. Proses Persiapan Penyempurnaan
Proses persiapan penyempurnaan adalah suatu proses penghilangan kotoran baik yang bersifat alamiah maupun yang bersifat buatan. Kotoran yang terdapat di dalam dan di permukaan kain. Tujuan dilakukannya proses persiapan penyempurnaan adalah untuk mempermudah proses selanjutnya. Proses persiapan penyempurnaan meliputi proses baker bulu, proses penghilangan kanji, proses pemasakan, proses relaksasi, proses pemantapan panas, proses pengurangan berat dan proses pencucian.

2. Proses Bakar Bulu
Proses baker bulu adalah proses menghilangkan bulu-bulu yang muncul pada permukaan kain sebagai akibat dari gesekan-gesekan mekanik dan peregangan-peregangan pada saat proses pentenunan.
Prinsip pengerjaan baker bulu adalah melakukan kain pada api (burner) dengan kecepatan dan yegangan tertentu sehingga bulu-bulu yang akan mengganggu proses selanjutnya diharapkan dapat hilang.
Umumnya pembakaran bulu dapat dilakukan pada kain rayon staple atau campurannya dengan kain polyester. Kain yang akan diproses dimasukan, kain melewati sikat untuk mengeluarkan bulu dan membersihkan kain yang akan dibakar kemudian dilewatkan pada kedua burner dengan kecepatan tertentu.

3. Proses Penghilangan Kanji
Tujuan proses penghilangan kanji adalah untuk menghilangkan kanji yang diberikan sebelum proses pentenunan pada benang lusi agar tidak mengganggu pada proses selanjutnya. Sebelum di tenun, biasanya benang lusi tunggal untuk kain rayon, kain sintetik, kain campuran serat alam atau sintetik perlu dikanji terlebih dahulu untuk menambah kekuatan dan daya tahan benang-benang tersebut terhadap gesekan. Bila tidak dikanji terlebih dahulu, benang-benang lusi tersebut akan mudah putus sehingga mengurangi mutu dan efisiensi kain.

4. Proses Pemasakan
Proses pemasakan kain grey rayon bertujuan untuk menghilangkan kotoran-kotoran dan serat seperti minyak, lemak, debu, dan lail-lain. Sedangkan pada serat sintetik atau polyester tidak perlu dilakukan proses pemasakan, karena sudah dibuat bersih dan murni. Proses pemasakan biasanya disimultankan dengan proses pengelantangan.
Proses pemasakan serat-serat alam dilakukan dengan menggunakan alkali seperti NaOH dan Na2CO3. NaOH sebagai alkali berfungsi kuat untuk membantu aktifnya proses pengelantangan. Sedangkan H2O2 berfungsi sebagai zat oksidator pada proses pengelantangan.

5. Proses Relaksasi
Proses relaksasi dikerjakan pada kain polyester dengan maksud untuk membuka atau mengendurkan puntiran benang yang tegangannya tinggi sehingga puntiran benangnya cenderung terbuka. Dengan proses ini, dapat diperoleh kain polyester yang memberi efek pegangan atau handling lembut, lemas dan bergelombang. [ada proses ini zat yang digunakan dan memberi peranan yang sangat penting adalah NaOH sebagai alkali yang akan mempermudah benang untuk membuka putirannya.

6. Proses Pemantapan Panas
Proses pemantapan panas bertujuan untuk memperoleh kain yang memiliki lebar yang lebih seragam dan anyaman kain yang tidak mudah bergeser pada proses pengerjaan selanjutnya. Prinsip pengerjaannya adalah dengan melakukan kain pada suatu ruangan berudara panas dengan kondisi kain ditarik kea rah lebar. Proses pemantapan panas menggunakan suhu pengerjaan yang mendekati kondisi titik leleh serat kain sehingga memungkinkan untuk terjadinya penstabilan kondisi kain.

7. Proses Pengurangan Berat
Proses pengurangan berat merupakan proses pengikisan permukaan serat polyester dengan larutan alkali pekat pada suhu didih sehingga berat kain berkurang dan bahan tersebut menjadi lemas, lembut, dan tipis seperti sutera (silky) yang bersifat permanent.

8. Proses Pencucian (Netralisasi)
Proses pencucian atau netralisasi dilakukan dengan tujuan mengembalikan kondisi kain setelah mengalami proses persiapan yang sebelumnya, agar zat-zat yang masih menempel dapat lepas sehingga kain menjadi benar-benar netral dan bersih, terutama dari alkali.

9. Proses Pencelupan (Dyeing)
Pencelupan adalah proses pemberian earna secara merata dan bersifat permanen dengan menggunakan medium utama air. Pencelupan pada umumnya terdiri dari melarutkan atau mendispersikan zat warna dalam air, kemudian memasukan bahan tekstil bahan tekstil ke dlam larutan tersebut, sehingga terjadi penyerapan zat warna kedalam serat.

10. Proses Pencapan (Printing)
Proses printing atau pencapan bertujuan untuk memberikan motif atau warna yang beragam pada suatu permkaan kain dengan sifat permanent. Pada proses printing atau pencapan yang perlu kita perhatikan adalah ada beberapa faktor, yaitu:
1. Thickening atau pengental. Thickener adalah zat pembantu yang dapat menghantarkan zat warna pada kain. Sifat thickener (pengental) ini hanyalah sebagai zat pembantu sehingga ketika zat warna telah terhantarkan kedalam kain, zat pambantu thickener ini akan dibuang.
Thickener yang terdapat di alam hanya 2, yaitu
a. Yang berasal dari tumbuhan.
b. Yang berasal dari rumput laut.
2. Dyestuff atau zat warna. Dyestuff berfungsi sebagai pemberi warna pada kain. Dyestuff yang digunakan dalam proses printing ada 2, yaitu :
a. Zat warna direx.
b. Zat warna reaktif.
3. Proses Fixasi atau pematangan warna.
4. Proses pencucian.

Adapula faktor yang menghambat pada proses printing atau pencapan yaitu, pada setiap proses produksi, selalu terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Misalkan saja pada proses matching colour. Bila warna yang di pesan tidak sesuai dengan pesanan dari buyer, maka kita sebagai customer harus mengejar target agar sesuai persis dengan keinginan dari buyer.
Terkadang penggunaan thickening atau bahan pengental, penambahan auxilliries dan penggunaan dyestuff atau zat warna dapat mempengaruhi pada proses produksi. Karena mempengaruhi pada proses berikutnya, yaitu pada proses fixasi., seperti kejadian berikut :
1. Pada variasi nomor 1, warna kain kurang terang karena tidak menggunakan urea. Sedangkan pada variasi nomor 2 , 3 , dan 4 warn kain terang karena menggunakan urea.
2. Hasil pencapan zat warna reaktif dingin yang terbaik diperoleh dengan cara fixasi, steaming. Sedangkan fixasi airing, curring dan block silikat hasilnya cukup baik.
3. Hasil pencapan zat warna reaktif panas diperoleh dengan cara fixasi , steaming, sedangkan fixasi airing, curring dan block silikat hasilnya tidak baik.
4. Hasil pencapan zat arna reaktif P hasilnya baik sekalidengan fixasi steaming curring, block silikat. Dan cukup baik dengan fixasi airing.
5. Hasil pencapan zat warna reakif remazol hasil terbaik pada fixasi steaming dan block silikat.
6. Cara fixasi airing, steaming, curring, block silikat cocok digunakan untuk zat warna reaktif dingin dan zat warna reaktif P. sedangkan zat warna reaktif panas dan zat warna reaktif remazol tidak cocok dengan fixasi tersebut.

Jika perbedaan warna yang terjadi sangat kecil, maka tidak perlu dilakukan perbaikan lagi tinggal disesuaikan dengan batas toleransi yang diberikan. Jika perbedaan warna yang terjadi sangat mencolok, maaka perlu dlakukan shading terhadap warna yang kurang.
Untuk menjaga supaya kualitas produksi berjalan lancardan sesuai dengan standar produksi yang telah ditetapkan, maka perlu dilakukan usaha-usaha sebagai berikut :
1. Mengadakan bimbingan dan penyuluhan kepada para karyawan secara intensif mengenai standard kerja yang baik dan pengetahuan terhadap mesin-mesin yang digunakan. Dengan demikian akan didapat kualitas produksi yang baik dan efisien, karena karyawan tahu apa yang dikerjakan dan tanggung jawabmya.
2. Mengadakan pertemuan-pertemuan antar unit produksi secara berkala untuk membahas masalah-masalah yang ada pada proses produksi tersebut.
3. Hal ini diharapkan supaya komunikasi antar unit produksi sesuai dengan standar system yang digunakan dan ditetapkan. Sehingga setiap masalah yang ada dapat teratasi dan dapat mengambil langkah yang tepat untuk mrncegah timbulnya hal-hal yang dapat mengganggu stabilitas produksi.

Proses Pencapan Zat Warna Reaktif dengan Variasi Urea dan Dalam Proses Fixasi.

4.10.1.11 Proses Pencapan Zat Warna Reaktif dengan Variasi Urea dan Dalam Proses Fixasi.
4.10.1.11.1 Tujuan Percobaan
Untuk mengetahui proses, cara kerja dan hasil pencapan atau
printing dengan menggunakan zat warna rektif dengan variasi urea dan proses fixasi.
4.10.1.11.2 Alat dan Zat
Alat :
• Pipet volume
• Neraca
• Mixer
• Rakel
• Screen
• Kassa Bunsen / pemanas
• Kain
Bahan :
• Seatex HV
• Anti reduce
• Urea
• Na2CO3
• Zat warna reaktif
4.10.1.11.3 .Resep
1. Resep pembuatan thickening alginate
- Seatex HV 5% 50 gr
- Air 940 gr
- Anti reduce 10 gr
Jumlah 1000 gr

4.10.1.11.4 Cara Kerja
1. Membuat printing pasta sesuai dengan resep yang telah di tentukan.
2. Mencap kain dengan motif dan printing pasta sesuai dengan resep.
3. Lakukan pengeringan (drying) pada suhu 1000C selama 2 menit.
4. Lakukan pemanasan (steaming).
5. Lakukan fixasi dengan angina-angin, cure, steaming dan block silikat.
6. Lakukan penyabunan, pencucian dan pembilasan.

4.10.1.11.5 Hasil Pengamatan
1. Pada variasi nomor 1, warna kain kurang terang kareana tidak menggunakan urea. Sedangkan pada variasi nomor 2 , 3 , dan 4 warn kain terang karena menggunakan urea.
2. Hasil pencapan zat warna reaktif dingin yang terbaik diperoleh dengan cara fixasi, steaming. Sedangkan fixasi airing, curring dan block silikat hasilnya cukup baik.
3. Hasil pencapan zat warna reaktif panas diperoleh dengan cara fixasi , steaming, sedangkan fixasi airing, curring dan block silikat hasilnya tidak baik.
4. Hasil pencapan zat arna reaktif P hasilnya baik sekali dengan fixasi steaming curring, block silikat. Dan cukup baik dengan fixasi airing.
5. Hasil pencapan zat warna reakif remazol hasil terbaik pada fixasi steaming dan block silikat.
6. Cara fixasi airing, steaming, curring, block silikat cocok digunakan untuk zat warna reaktif dingin dan zat warna reaktif P. Sedangkan zat warna reaktif panas dan zat warna reaktif remazol tidak cocok dengan fixasi tersebut.

Proses Pencapan Dengan Zat Warna Reaktif

4.10.1.8 Proses Pencapan atau Printing dengan Zat Warna Reaktif
4.10.1.8.1 Tujuan Percobaan
Untuk mengetahui proses, cara kerja dan hasil pencapan atau printing
dengan menggunakan zat warna reaktif.
4.10.1.8.2 Alat dan bahan yang digunakan.
Alat :
• Pipet volume
• Neraca
• Mixer
• Rakel
• Screen
• Kassa Bunsen / pemanas
• Kain

Bahan :
• Seatex HV
• Urea
• Matexil DAN
• Na2CO3
• Matexil WAKBN
• Zat warna reaktif
• Air


4.10.1.8.3 Resep Printing Pasta
- thickening seatex HV 5% 600 gr
- urea 40 gr
- matexil DAN 10 gr
- Na2CO3 20 gr
- matexil WAKBN 10 gr
- zat warna rektif 30 gr
- air 290 gr
Jumlah 1000 gr
4.10.1.8.4 Cara kerja
1. Membuat printing pasta sesuai dengan resep yang telah di tentukan.
2. Mencap kain dengan motif dan printing pasta sesuai dengan resep.
3. Lakukan pengeringan (drying) paad suhu 1000C selama 2 menit.
4. Lakukan pemanasan (steaming) pada suhu 1000C selama 8 menit.
5. Lakukan pencucian pada air dingin.
6. Lakukan proses penyabunan dengan menggunakan teepol (2cc/ L) dan Na2CO3 (1gr/ L) pada suhu 800C selama 10 menit.
7. Lakukan pencucian kembali dan pembilasan dengan air dingin.

4.10.1.9 Proses Pencapan Zat Warna Pigment
4.10.1.9.1 Tujuan Percobaan
Untuk mengetahui proses, cara kerja dan hasil pencapan atau printing
dengan menggunakan zat warna pigment.
4.10.1.9.2 Alat dan bahan yang digunakan.
Alat :
• Pipet volume
• Neraca
• Mixer
• Rakel
• Screen
• Kassa Bunsen / pemanas
Bahan :
• Emulsifier
• Stock emulsi
• Urea
• Fixator
• Binder
• Zat warna pigment
• Eter
• Matexil DAN

4.10.1.9.3 Resep
1. Resep Pembuatan Stock Emulsi
- emulsifier 50 gr
- air 350 gr
- eter 600 gr
Jumlah 1000 gr
2. Resep Pembuatan Printing Pasta
- stock emulsi 810 gr
- zat warna pigment 30 gr
- urea 20 gr
- fixator 20 gr
- binder 100 gr
- matexil DAN 20 gr
Jumlah 1000 gr
4.10.1.9.4 Cara kerja
1. Membuat printing pasta sesuai dengan resep yang telah di tentukan.
2. Mencap kain dengan motif dan printing pasta sesuai dengan resep.
3. Lakukan pengeringan (drying) pada suhu 1000C selama 2 menit.
4. Lakukan pemanasan (steaming).
5. Lakukan penyetrikaan. Untuk fixasi zat warna / printing pasta.
6. Lakukan pencucian dengan air dingin yang mengalir.
4.10.1.10 Proses Pencapan Zat Warna Pigment dengan Thickening Sintetik
4.10.1.10.1 Tujuan percobaan
Untuk mengetahui proses, cara kerja dan hasil pencapan atau printing
dengan menggunakan zat warna pigment dengan thickening sintetik.
4.10.1.10.2 Alat dan zat yang digunakan.
Alat :
• Pipet volume
• Neraca
• Mixer
• Rakel
• Screen
• Kassa Bunsen / pemanas
• Kain
Bahan :
• Stock emulsi
• Sol print
• Binder
• Fixator
• Zat warna pigment

Perhitungan L, a, b.....

4.10.1.8 Perhitungan L, a, b

L = Light
Bila nilai L besar, maka menandakan warna muda
Bila nilai L kecil, maka menandakan warna tua.

a
Bila nilai a positif, maka warna lebih condong ke merah
Bila nilai a negatif, maka warna lebih condong ke hijau

b
Bila nilai b positif, maka warna lebih condong ke kuning.
Bila nilai b negatif, maka warna lebih condong ke biru.

Dari nilai L, a dan b, dapat diperoleh ∆E nya atau perubahan warna. Dengan rumus:


∆E =